I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
1.
Filosofis
Pancasila
sebagai landasan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan perwujudan
kepribadian bangsa Indonesia yang digali dari bumi Indonesia, mempunyai
nilai-nilai luhur dan merupakan falsafah sekaligus pandangan hidup bangsa
Indonesia.
Ciri
khas masyarakat Indonesia adalah masyarakat sosial religius yang dalam semua
aspek kehidupan ditandai oleh kegotong royongan, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan dalam kehidupan kekeluargaan serta yang diwarnai oleh watak atau
kepribadian bangsa Indonesia yang berunsur :
v Ketuhanan Yang Maha Esa
v Kemanusiaan yang adil dan beradab
v Persatuan Indonesia
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
2.
Sejarah
a.
Masalah
pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan salah satu masalah universal
yang dihadapi oleh manusia sejak zaman dahulu dan akan terus berlangsung sampai
akhir zaman.
b.
Bagi
bangsa Indonesia yang dalam sejarahnya pernah mengalami pahit getirnya dijajah
oleh bangsa asing, telah banyak tercatat berbagai usaha pembinaan generasi muda
dalam usaha mengusir para penjajah oleh para pemuda pada zamannya.
c.
Sejarah
perjuangan pengisian kemerdekaan sejak tahun 1945 sampai saat ini tercatat juga
beberapa tonggak penting peranan pemuda misalnya angkatan 1966.
d.
Satu
hal yang selalu dihadapi pada masanya oleh golongan tua adalahbahwa sepanjang
ada masa pemuda, diperlukan adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan bagi
para pemuda itu, sehingga dapat memenuhi hasrat dan tuntutan masyarakat pada
zamannya.
e.
Dalam
kurun waktu apapun para orang tua mempunyai kewajiban untuk mempersiapkan putra
putrinya menjadi anggota masyarakat yang baik, menjadi penerus dari generasi
sebelumnya.
f.
Dalam
berbagai program dan kegiatan pembinaan dan pengembangan generasi muda
merupakan satu masalah pokok yang menonjol yang perlu mendapatkan perhatian
kita bersama adalah program Latihan Kepemimpinan dan Ketrampilan Pemuda seperti
yang diamanatkan oleh Ketetapan MPR Nomor : II/MPR/1978 tentang
GBHN di bidang Generasi Muda.
g.
Untuk
melaksanakan apa yang diamanatkan dalam Pola Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda telah disusun Pola Induk serta Kerangka Dasar
latihan Kepemimpinan dan Ketrampilan Pemuda.
h.
Berdasarkan
pengalaman di lapangan dalam melaksanakan berbagai jenis latihan
kepemimpinan pemuda, maka sistim pendekatan yang sesuai dalam pelaksanaan
latihan Kepemimpinan dan Ketrampilan Pemuda adalah sistim pendekatan “KELUARGA
BAHAGIA”.
B.
PENGERTIAN DAN HAKEKAT
1.
Pengertian
a.
Sistem
adalah suatu rangkaian usaha yang dilakukan secara berencana, teratur , dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan;
b.
Pendekatan
adalah suatu usaha/perbuatan yang berupa mendekatkan suatu hal;
c.
Desa
adalah sebuah tempat/wilayah daerah tempat hidup / tinggal sejumlah keluarga /
masyarakat;
d.
Keluarga
adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua /
pembina dan anak /peserta didik;
e.
Bahagia
adalah satu perasaan sejahtera, yang dirasakan karena adanya rasa serasi,
selaras dan seimbang.
2.
Hakekat
Sistem
Pendekatan Desa Bahagia / Keluarga Bahagia pada hakekatnya adalah suatu
rangkaian usaha yang dilakukan secara sadar, teratur, berencana dan
berkesinambungan di dalam satu wilayah tempat hidup sejumlah keluarga, kaum
kerabat dengan perasaan penuh keseimbangan dan ketentraman, di mana Pancasila
dilaksanakan sebagai dasar dalam kehidupan sehari-hari.
C.
MAKSUD DAN TUJUAN
1.
Maksud
Yang
dimaksud dengan Desa Bahagia adalah satu desa yang merupakan gambaran desa yang
anggota-anggotanya terdiri dari insan-insan pengamal Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Tujuan
Desa
Bahagia bertujuan mewujudkan kebiasaan hidup ber Pancasila dengan keluarga
bahagia yang anggota-anggotanya ditata atas dasar filsafah dan pandangan hidup
bangsa, dimana anggotanya memperoleh kemungkinan untuk mengembangkan sikap
positif seperti ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tertib, disiplin, gotong
royong dan kekeluargaan.
D.
LANDASAN
Landasan dari pada sistem Pendidikan Keluarga Bahagia
adalah :
1.
Idiil
: Pancasila
2.
Konstitusional
: Undang-undang Dasar 1945
3.
Strategis
: GBHN
4.
Operasional
: Keppres No 23 tahun 1979
Keputusan Menteri P dan K No : 0323/U/1978 dan
Inpres No 12 tahun 1972.
II.
PELAKSANAAN
A.
PERSIAPAN
1.
Penerimaan
Peserta
Dalam
Kegiatan latihan yang telah diprogramkan sebelumnya, pada waktu dan tempat yang
telah ditentukan. Pada kesempatan itu para peserta menyampaikan Data Pribadi,
Surat Pernyataan Capas dan Orang tua.
Dalam
penerimaan peserta memasuki “Desa Bahagia” diadakan upacara khusus guna
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan serta persaudaraan yang mendalam
diantara peserta. Dalam upacara ini digambarkan seolah-olah para peserta masih
berada diluar pintu gerbang “Desa bahagia”, kemudian pintu gerbang/gapura itu
dibuka dengan pengguntingan pita atau cara-cara tradisional setempat,kemudian
peserta masuk pintu gerbang langsung menuju Balai/aula perkenalan.
2.
Upacara
Pembukaan
Sebagai
awal pelaksanaan kegiatan Latihan dan pernyataan dengan resmi dimulainya
Latihan bagi peserta,perlu dilaksanakan upacara pembukaan. Sifat upacara adalah
resmi tetapi tidak menutup kemungkinan adanya acara yang bersifat gembira
sesudah acara resmi selesai.
Bentuk
upacara dilaksanakan dengan susunan barisan : berbentuk U dan
dilaksanakan dalam ruangan atau di luar ruangan.
Garis
besar urutan acara adalah sebagai berikut :
a.
Menyanyikan
lagu Indonesia Raya.
b.
Mengheningkan
Cipta.
c.
Laporan
Panitia.
d.
Sambutan
sekaligus pernyataan “Latihan dibuka”
e.
Penyematan
tanda peserta.
f.
Do’a.
g.
Penutup.
B.
KEGIATAN
HARIAN
1.
Bangun
Pagi
Kesehatan
tubuh sangat penting. Usaha memelihara kesehatan tubuh adalah lebih berguna
daripada mengobati tubuh setelah terkena penyakit. Segala aktivitas yang
dilakukan seseorang perlu ditunjang dengan pisik yang sehat, segar dan penuh
aktivitas sehingga semua kegiatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang
diharapkan.
Demikianlah
kiranya beberapa hal yang dapat dijadikan motivasi kepada peserta latihan,
mengapa mereka dianjurkan agar selalu melakukan bangun pagi. Kebiasaan bangun
pagi sesungguhnya merupakan pekerjaan yang sangat bermanfaat, oleh karena pada
pagi hari kita berkesempatan menghirup udara yang masih bersih dan segar yang
senantiasa sangat diperlukan bagi tubuh melalui paru-paru dan jantung agar
dapat selalu bekerja dengan baik.
Oleh
sebab itu membangunkan peserta/anak didik pagi-pagi dengan cara-cara yang
bersifat memerintah kiranya tidak akan banyak membawa hasil bila dibanding
dengan cara pembinaan dengan jalan sistim “Among” yaitu memberikan pola anutan
dan keteladanan yang nyata, sesuai dengan apa yang benar dan bermanfaat.
2.
Sembahyang
/ Sholat
Melakukan
ibadah sembahyang / Sholat pada dasarnya merupakan kewajiban setiap orang yang
beragama. Kewajiban melakukan perintah agama tersebut perlu terus dipelihara
dan ditanamkan dalam jiwa setiap peserta. Untuk itu perlu diberikan kesempatan
secara khusus agar semua peserta dapat melaksanakan ibadah tersebut sesuai
ketentuan agama yang dinyakini dan dianutnya.
Dalam
pelaksanaan ibadah (SHOLAT) bagi para pemeluk agama Islam /
Lainnya hendaknya selalu dapat diusahakan untuk dilakukan secara bersama-sama
(berjamaah). Hal tersebut disamping merupakan pelaksanaan ajaran agama juga
dapat menjadi sarana untuk lebih mempererat adanya kerukunan dalam kelompok.
Agar pelaksanaan ibadah tersebut dapat berjalan tertib dan lancar serta
mencapai hasil seperti yang diharapkan, maka hendaknya selalu diperhatikan
hal-hal berikut :
a.
Senantiasa
mengusahakan tempat yang sesuai bagi pelaksanaan ibadah
dan tuntunan agama masing-masing.
b.
Menjaga/memelihara
kebersihan dan ketenangan lingkungan tempat ibadah.
c.
Mengatur
jadwal kegiatan agar pelaksanaan ibadah dapat dilakukan sesuai dengan waktunya.
d.
Memberi
kesempatan kepada peserta yang mampu dan memenuhi persyaratan untuk menjadi
pemimpin beribadah secara bergiliran sesuai dengan ketentuan agama/kepercayaan
masing-masing.
e.
Memberikan
waktu yang cukup agar pelaksanaan ibadah tidak dilakukan secara terburu-buru.
f.
Selesai
sholat subuh bagi yang beragama Islam diadakan ceramah selama lebih kurang 10
menit.
3.
Senam
Pagi / Gerak Badan
Terjaminnya
hidup sehat hanya dapat dilaksanakan dengan jalan melakukan usaha pemeliharaan
dengan berbagai cara dan usaha. Cara dan usaha tersebut disesuaikan dengan
keadaan lingkungan setempat. kemampuan dan kesanggupan yang ada.
Berolahraga
yang teratur merupakan salah satu usaha yang paling baik untuk memelihara
kesehatan badan. Pada hakekatnya hal ini merupakan ajakan untuk menumbuhkan
minat dan niat pada peserta agar senantiasa memelihara kesehatan dan sekaligus
mentaati tata tertib dan disiplin sebagai unsur sportifitas yang perlu
dipelihara, dimiliki dan dibiasakan dalam hidup sehari-hari.
Agar
acara olah raga tersebut tidak membosankan yang mana kegiatan ini hanya
merupakan kegiatan variasi. Oleh karena itu didalam pengisian acara
tersebut perlu mengingat hal-hal sebagai berikut :
a.
Penyesuaian
dengan tingkat usia, kondisi jasmani para peserta latihan;
b.
Tidak
terlalu melelahkan atau bahkan membahayakan;
c.
Cukup
memberikan latihan kerja otot serta fungsi anggota tubuh lainnya serta
penyaluran kegembiraan secara terarah;
d.
Penyesuaian
dengan situasi dan kondisi lapangan, alat, serta waktu yang tersedia;
4.
Membersihkan
Kamar dan pemeliharaan diri
Kiranya
tidak seorangpun akan menyangka bahwa “Kebersihan adalah pangkal kesehatan”.
Untuk membiasakan rasa kecintaan akan kebersihan dan kesehatan,pertama-tama
perlu ditumbuhkan rasa kecintaan akan kebersihan lingkungan sekitar maupun
kebersihan diri sendiri. Dengan mulai membiasakan memelihara kebersihan diri
sendiri serta lingkungan terdekatnya, yaitu kamar tidurnya diharapkan usaha
tersebut dapat menumbuhkan kesadaran akan kebersihan dan kesehatan itu dimiliki
oleh setiap orang sebagai bagian dari warga masyarakat.
Keadaan
yang demikian itu akan memperlancar seseorang dalam melakukan berbagai
kegiatan, serta memberi pengaruh yang patut dicontoh teladani oleh masyarakat
sekitar.
Selain
itu harus diingat kebersihan dalam berpikir dan berbicara perlu dibina
sebaik-baiknya agar kerukunan dalam bergaul dapat terpelihara dan suasana
kekeluargaan dan persaudaraan dapat terjadi.
Usaha
pembinaan kebersihan dan pemeliharaan diri pada prakteknya dapat mengikuti
hal-hal berikut :
a.
mandi
bersih minimal 2 kali setiap hari;
b.
memelihara
pakaian, senantiasa bersih dan pantas/rapi;
c.
mengatur
tempat tidur sebelum dan sesudah tidur;
d.
mengatur
buku-buku atau tempat belajar;
e.
menyapu
lantai dan membuang kotoran/sampah yang ada dalam kamar;
f.
menjaga
kebersihan lingkungan;
g.
mengatur
pakaian baik yang bersih maupun yang kotor pada tempat yang sesuai;
h.
mengatur
sepatu, handuk dan perlengkapan lain yang serapi-rapinya.
5.
Makan
bersama
Acara
makan bersama yang meliputi makan pagi, makan siang dan makan malam hari pada
dasarnya dapat pula dijadikan sebagai arena atau sarana untuk menggalang
kerukunan dan dinamika kelompok antar sesama peserta latihan maupun dengan para
pembina/pelatih serta dengan seluruh unsur yang ada.
Pelaksanaan
makan bersama tersebut dapat diatur dengan menyesuaikan kondisi setempat, yang
penting masing-masing harus dapat saling menjaga diri dan memelihara tenggang
rasa. Makan bersama dapat pula mempertebal rasa solidaritas antara sesama
peserta serta menjauhkan diri dari rasa ingin menang.
Agar
pelaksanaan dapat berjalan tertib sebaiknya urutan acara diatur sebagai berikut
:
a.
saat
pengambilan nasi dan lauk (jika model prasmanan)
b.
menempati
tempat makan yang telah disediakan (jika model prasmanan)
c.
do’a
bersama untuk memulai dan menutup acara makan (harus tenang dan khidmat, yang
memimpin do’a bergiliran)
d.
selama
makan harus tertib
Jika
makan model prasmanan, dalam hal pengambilan nasi dan lauk pauk agar tidak
terjadi kesulitan tempat dan waktu, sebaiknya letak makanan diatur sedemikian
rupa sehingga pengambilan makanan dapat dilakukan secara berurutan melingkari
meja.
Acara
makan bersama bukan saja menumbuhkan rasa keakraban antara para peserta, akan
tetapi juga dapat membina disiplin waktu. Makan harus pada waktu yang telah
ditentukan dan harus dilaksanakan sesuai waktu yang telah dijadwalkan.
Dari acara makan bersama dapat dipetik banyak pelajaran untuk membiasakan diri
pada hal-hal yang berguna dalam masyarakat.
6.
Upacara
bendera
Upacara
bendera merupakan jadwal kegiatan latihan yang harus dilakukan setiap hari
selama peserta mengikuti latihan.
Upacara
bendera pada hakekatnya bertujuan untuk mempertebal rasa berbangsa dan
bernegara, memupuk jiwa patriotisme dan idealisme serta menumbuhkan dan
memelihara tata tertib dan disiplin. Disiplin Nasional tak mungkin dimiliki
oleh seseorang tanpa tumbuhnya disiplin kelompok maupun diri sendiri.
7.
Kegiatan
belajar dan berlatih
Kegiatan
belajar dan berlatih baik di dalam kelas maupun di luar kelas pada dasarnya
merupakan kegiatan keseluruhan kegiatan dalam rangka proses latihan.
Usaha-usaha
untuk menumbuhkan dinamika kelompok serta kreativitas tersebut kiranya dapat
dilakukan dengan cara pemberian tugas secara beregu atau berkelompok untuk
mempersiapkan sendiri segala keperluan para peserta bagi kegiatan belajar dan
berlatih, yang meliputi antara lain :
a.
mengatur
formasi tempat duduk dalam kelas.
b.
Menyiapkan
alat-alat pembantu yang kiranya diperlukan oleh penceramah.
c.
Membagi
bahan-bahan pelajaran yang akan digunakan kepada sesama peserta sebelum
pelajaran dimulai.
d.
Membersihkan
ruang kelas dari semua sampah dan kotoran.
e.
Senantiasa
membantu menciptakan suasana tertib dan menyenangkan di dalam kelas.
f.
Melaporkan
keadaan peserta, meliputi jumlah yang hadir serta kesiapan peserta untuk
mengikuti kegiatan, kepada penceramah / pembina / pelatih.
g.
Melaksanakan
upacara bendera, senam pagi dan lain-lain secara bergilir.
Selangkah
demi selangkah praktek kepemimpinan dapat dihayati dan dipraktekkan dengan
sebaik-baiknya.
8.
Hidup
di alam terbuka
Hidup
di alam terbuka dalam rangka latihan ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk
melatih diri kearah kebaikan budi pekerti dengan cara hidup sementara di luar
rumah/asrama dekat dengan alam.
Adapun
bentuk pelaksanaannya dapat berupa perjalanan penjelajahan (Hiking) dan
berkemah (Camping) di daerah pantai,pegunungan, pedesaan,dll. Belajar dan
berlatih dengan jalan hidup di alam terbuka akan banyak manfaatnya bagi para
peserta. Disamping mereka dapat berusaha menghayati secara langsung segala
bentuk hidup dan kehidupan, maka diharapkan pula dapat belajar dan melatih diri
dalam pergaulan kerja sama/gotong royong.
Berbagai
kegiatan sebagai isi acara dalam hidup di alam terbuka dapat diarahkan pada
usaha-usaha pembinaan untuk menumbuhkan sikap-sikap yang konstruktif sehat bagi
perkembangan pribadi para peserta. Acara-acara tersebut antara lain dapat meliputi
usaha-usaha sebagai berikut :
a.
menambah
keakraban dan rasa persaudaraan diantara sesama peserta;
b.
mempertebal
perasaan berbangsa dan bernegara serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c.
mencintai
lingkungan hidup sebagai habitat alam yang perlu terus dipelihara dan
dilestarikan;
d.
mengembalikan
dan mengembangkan kesegaran jasmani dan rohani;
e.
menambah
keuletan dan semangat berusaha;
C.
KEGIATAN MENJELANG PENUTUPAN
1.
Renungan
Malam
Diisi
dengan kata-kata mutiara yang mengantar untuk pergi tidur dan mengarahkan
peserta untuk segera tidur dengan tertib.
Contoh
: Demi masa sesungguhnya manusia itu selalu dalam kerugian, Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal soleh yang selalu berpesan-pesanan dalam
menjalankan kesabaran dan menjalankan yang hak.
2.
Renungan
Jiwa
Pada
dasarnya latihan kepemimpinan dan ketrampilan sasaran pokoknya diarahkan pada
pembentukan watak, kepribadian, pembinaan mental serta kepemimpinan para
peserta.
Salah
satu cara yang efektif adalah acara Renungan Jiwa. Pada acara ini para peserta
diberikan kegiatan untuk melakukan kegiatan mawas diri (self
corection,intropeksi).
Renungan
jiwa sebaiknya dilaksanakan pada malam hari, menjelang hari
pengukuhan/penutupan latihan.
Sebelum
acara renungan dimulai, para peserta dikumpulkan dan diberi penjelasan,
bimbingan serta petunjuk oleh Pembina/pelatih. Sesudah semua berjalan baik,
kepada para peserta diberikan sebuah buku Renungan Jiwa, sebuah lilin dan
kepada yang bersangkutan dipersilahkan menempati tempat yang telah ditentukan,
Selanjutnya membaca secara cermat dan khusus isi buku tersebut.
Bagi
para peserta yang telah selesai melakukannya dipersilahkan membubuhkan “Tanda
tangan” nya pada buku/ kain dokumen renungan jiwa yang telah disediakan oleh
panitia.
Selanjutnya
yang bersangkutan memberi hormat kepada Bendera Nasional (Merah Putih) yang
telah disediakan.
3.
Api
Unggun
Malam
api unggun selain merupakan tempat rekreasi, bergembira, sambil memanaskan
diri, adalah juga merupakan suatu alat pendidikan yang berguna. Dalam api
unggun tersebut, para pemuda memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya
untuk :
a.
berani
tampil, menghilangkan rasa rendah diri.
b.
Mencipta
apa yang akan dipertunjukkan
c.
Menghargai
apa yang dipertunjukkan orang ldengan tidak mencela.
d.
Kerja
sama regu atau kelompok satuan.
e.
Disiplin
mengikuti tata tertib berapi unggun.
4.
Pengukuhan
Peserta dan Penutupan Latihan
Pengukuhan
sebagai tanda selesainya latihan, dilaksanakan pada akhir latihan, yaitu pada
Upacara penutupan.
a.
Susunan
barisan : berbentuk “U”
b.
Kelengkapan
upacara yang diperlukan :
Ø Pembina Upacara
Ø Pemimpin Upacara
Ø Pembawa Acara
Ø Petugas pembawa bendera Merah Putih
Ø Petugas Pembawa atribut (2 orang)
Ø Petugas Pemimpin lagu Indonesia Raya
dan lagu Syukur
Ø Teks Pengukuhan
c.
Susunan
acara Penutupan Latihan sebagai berikut :
v Pembina Upacara tiba di tempat
upacara, barisan disiapkan.
v Hadirin dimohon berdiri.
v Penghormatan kepada Pembina Upacara
v Laporan Pemimpin Upacara.
v Menyanyikan bersama Lagu Indonesia
Raya.
v Mengheningkan Cipta, dipimpin oleh
Pembina Upacara
v Laporan Ketua panitia.
v Pengukuhan :
v Pembacaan teks pengukuhan
v Penyematan atribut oleh Pembina
Upacara
v Penyerahan tanda tamat latihan
secara simbolis diwakili oleh Pemimpin Upacara.
v Amanat pembina upacara dan pernyataan
pelaksanaan latihan ditutup dengan resmi.
v Laporan pemimpin upacara.
v Penghormatan kepada Pembina Upacara.
v Lagu “Syukur” sebagai penutup
upacara disertai ucapan selamat kepada semua peserta oleh semua yang hadir.
III.
PENUTUP
Atas
dasar pengalaman dan pengamatan, sistem pendekatan KELUARGA BAHAGIA
terbukti sangat bermanfaat dalam penanaman rasa kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi generasi muda, dalam pembinaan disiplin, disamping memupuk rasa
persaudaraan dan kesatuan antar generasi.
Akhirnya
didalam pelaksanaannya faktor manusia memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan,karena diperlukan satu kemahiran tertentu dalam melaksanakan satu
latihan agar tercapai keberhasilan PASKIBRA
0 komentar:
Posting Komentar